Nama lengkap Abdul Latief al-Baghdadi
adalah Abu Mohammad Abdul Latief bin Yusuf bin Mohammad. Ia lahir pada tahun
1162 di Baghdad. Sejak kecil ia telah mempelajari alquran dan ilmu agama dari
al-Wajih al-Wasiti. Menjelang dewasa, ia melanjutkan pendidikannya dengan
mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat.
Salah seorang gurunya adalah Ibnu
Tilmiz. Selanjutnya, ia pergi ke Damaskus dan Mesir. Di sana, ia mendalami
ilmu-ilmu agama, kedokteran, sastra, dan filsafat.
abdul Latief adalah seorang ahli anatomi, sastrawan, dan
filosof. Namanya terkenal sebagai ahli anatomi pertama yang mendeskripsikan
tengkorak kepala manusia dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah, secara
lengkap dan akurat. Sepanjang hidupnya, Abdul Latief sangat tekun mempelajari
ilmu kedokteran. Ia meneliti sejumlah karya para ahli medis Yunani dan
mengembangkannya melalui banyak penelitian. Selain itu, ia juga mengembangkan
kajian tentang tulang manusia, khususnya tulang rahang bawah. Selama berada di
Mesir, ia menganalisa Teori Galenus mengenai tulang bawah dan tulang yang
menghubungkan tulang punggung dengan tulang kaki, sebelum kemudian berhasil
menyempurnakannya. Penelitiannya di bidang ini memunculkan banyak temuan yang
mengejutkan.
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junayd ibn Muhammad
ibn Junayd al-Baghdadi. Ia kemudian lebih populer dengan panggilan Imam
Junayd al-Baghdadi, dan terkadang juga dipanggil al-Junayd saja. Ia merupakan
tokoh sufi yang besar pengaruhnya di Baghdad. Imam Junayd lahir di Kota
Nihawand, Persia, dan wafat pada 298 H/910 M. Meskipun ia lahir di Nihawand,
keluarganya bermukim di Kota Baghdad, tempat ia belajar hukum Islam menurut
mazhab Imam Syafi’i, dan akhirnya ia menjadi qadi di Baghdad, kemudian ia
menganut Mazhab Abu Tsawr.
Dalam disiplin sufi, ia adalah murid
pamannya, Syaikh Sari as-Saqati (w. 253 H/867 H), saudara kandung dari ibunya
sendiri. Di samping belajar dengan as-Saqati, ia juga berguru kepada Abu Abd
Allah al-Haris ibn Asad al-Basri al-Baghdadi al-Muhasibi (165 H – 243 H/781 –
857 M), seorang sufi yang terkemuka di Baghdad ketika itu. Imam Junayd
al-Baghdadi, bahkan dipandang sebagai murid terdekat dan paling banyak mendapatkan
ilmu dari Haris al-Muhasibi tersebut.
C. IBNU
KHALLIKAN
(Irbil, 11 Rabiul akhir 608/23 September 1211 – Damascus,
16 Rajab 681/21 Oktober 1282). Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin
Ibrahim Abu Abbas Syamsuddin al-Barmaki al-Irbili asy-Syafi’i bin Khallikan.
Seorang sejarawan Arab muslim yang berasal dari keluarga terhormat, keturunan
Barmak (*Baramikah). Ayahnya guru di Madrasah al-Muzaffariyyah yang didirikan
oleh Muzaffaruddin Gokburi. Sebagai pengganti ayah dan gurunya, ia dibimbing
oleh Syarifuddin al-Irbili. Ibnu Khallikan merupakan seorang intelektual yang
mempunyai pikiran tajam, peneliti yang cerdas, adil dalam segala masalah hukum,
dan bersifat sosial. Dia juga menyenangi puisi, khususnya Diwan karya
Mutanabbi. Oleh sebab itu, dia banyak berteman dengan budayawan dan sastrawan
Mesir.
Ketika
Ibnu Khallikan belajar di Aleppo, 626 H/1229 M, ia dibimbing oleh Ibnu Syaddad
dan Ibnu Ya’isy. Selanjutnya ia meneruskan studinya di Damascus di bawah
bimbingan Ibnu as-Salah. Ibnu Khallikan pergi ke Mesir pada tahun 635 atau 636
H. Kemudian tahun 646 H/1249 M ia diangkat menjadi wakil ketua pengadilan Mesir.
Pada waktu itu ketua pengadilan dijabat oleh Badruddin Yusuf bin Hasan atau
Qadi Sinjar. Kariernya dalam bidang hukum berlanjut di Damascus. Di sini ia
diangkat menjadi ketua pengadilan (Qadi al-Qudat) oleh Sultan Baybars (*Dinasti
Mamluk) pada tahun 695 H/1261 M. Dalam kedudukannya sebagai ketua pengadilan,
ia juga membawahi seluruh pengadilan yang
berada di wilayah Suriah. Selama menjalankan tugasnya, ia menerapkan Mazhab
Syafi’i. Hakim-hakim yang bermazhab *Hanafi, Hanbali, dan Maliki menjadi wakil-wakilnya.
Kemudian hakim-hakim tersebut, atas perintah Baybars, pada tahun 664 H/1266 M
dipromosikan menjadi ketua pengadilan. Setelah kurang lebih sepuluh tahun Ibnu
Khallikan menjalankan tugasnya di Damascus, lalu ia melepaskan semua jabatannya
dan kembali pulang ke Cairo.
Di Cairo ia menjaadi seorang guru di Madrasah
al-Fakhriyah. Tetapi kemudian Ibnu Khallikan kembali ditunjuk menjadi ketua
pengadilan di Suriah. Penunjukan ini terjadi setelah Bybars meninggal dunia
pada tahun 676 H/1277 M.
Ketika gubernur Damascus, Sunqur al-Asyqar, mengadakan
pemberontaka terhadap Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun (sultan Dinasti Mamluk)
yang sedang naik takhta, Ibnu Khallikan ditahan krena dituduh mengeluarkan
fatwa yang membenarkan pemberontakan Sunqur. Pemberontkan itu akhirnya dapat
dipatahkan oleh pihak Qalawun. Kemudian pada bulan Safar 679/1280 M tentara
Qalawun memasuki Dmascus. Akhirnya atas perinth langsung dari Sultan, Ibnu
Khallikan dibebaskan.
Ibnu Khallikan juga menggemari kajian-kajian sejarah.
Karangan sejarahnya yang terkenal berupa kamus biografi yang berjudul wafayat
al-A’yan wa Anba’ az-Zaman. Buku ini dibuat dengan cara mengumpulkn bahan dari
berbagai sumber dan disusun berdasarkan urutan abjad. Isinya membicarakan kehidupan tokoh-tokoh yang,
karena alasan-alasan tertentu, memiliki popularitas. Tokoh-tokoh yang
dimasukkan terbatas pda tokoh yang ahun wafatnya dikethui. Dalam bukunya itu,
Ibnu Khallikan tidk memasukkan para Sahabat Nabi SAW, generasi kedua Islam atau
tabiin dengan sedikit pengeculian, dan semua khlaifah. Hal ini dilakukan dengan
alasan bahwa informsi tentang mereka mudah didapatkan dalam karya-karya
biografi dan sejarah lainnya.
D. HASAN
BIN KHATIR AL FARISI
Al-Farisi dikenal sebagai murid pilihan Kuth al-Din
Shirazi. Ia tercatat sebagai alumni School of Maraghi, sebuah lembaga ilmu
pengetahuan dan teknologi yang didirikan oleh al-Thusi, juga sebagai asisten
dan pengganti al-Thusi. Ia mewarisi semua sifat Nashiruddin al-Thusi.
Kecemerlangan pemikiran al-Farisi membuatnya menjadi ilmuwan kesayangan para
pengajarnya.
Brockelmann dan sejumlah pakar lain mencoba menelaah dan
menelusuri jejak karya al-Farisi, termasuk sebuah karya legendarisnya yang
diterbitkan di Haydarabat dengan judul Tankih. Tankih adalah
karya al-Farisi yang paling sensasional. Karya ini membahas cara rinci dan
tuntas masalah seputar optik yang pernah diajukan Ibnu al-Haytsam. Dalam
karyanya tersebut, al-Farisi mengembangkan penelitian al-Haytsam terhadap
kamera obskura dan menjelaskan timbulnya pelangi. Saat menjelaskan perihal
pelangi, al-Farisi mampu memberikan penjelasan yang valid tentang tata warna
pelangi primer dan sekunder. Namun, satu hal yang paling mengesankan dari
karyanya itu adalah ia berhasil menjabarkan hasil penelitian ilmiahnya dengan
menggunakan teori matematika.
Diilhami sebuah analogi yang dikemukakan oleh Ibnu Sina tentang tetes
air hujan di permukaan gelas, al-Farisi meneliti jalur sinar lampu yang
melewati permukaan sebuah gelas. Ia berharap bisa menentukan pembiasan sinar
matahari melalui titik hujan. Teori al-Farisi tentang pelangi dianggap
spektakuler karena mampu mendemonstrasikan beragam rupa kombinasi refraksi dan
refleksi cahaya matahari dalam setetes air, yang dikaitkan dengan pelangi
primer dan sekunder. Selain Tankih,
al-Farisi juga menulis buku lain yang membahas masalah optik, yaitu Kitab al-Basa'ir al-Ilm Manazir. Buku ini merupakan sebuah karya bebas tentang optik.
Selain menguasai ilmu optik, al-Farisi juga mahir matematika.
Salah satu karya andalannya di bidang ini adalahTadhkirat al-Ahbab, yang
merupakan manuskrip tentang angka atau bilangan yang bersahabat (friendly
numbers). Ia menulis buku ini pada tahun 1337 (737 H) di Baghdad. Asas
al-Qawa'id fi Usul al-Fawa'id adalah sebuah risalah matematika karya
al-Farisi yang juga cukup terkenal. Di kemudian hari, para ilmuwan fisika dan
matematika memuji sejumlah karya al-Farisi sebagai karya ilmiah berkualitas
tinggi. Karya-karya tersebut diterjemahkan dalam bahasa Ibrani dan Latin.
E. IBN AL BAYTAR
Nama lengkapnya Abu
Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi (ابن البيطار). Namun salah satu ilmuwan Muslim terbaik yang pernah
ada ini lebih dikenal sebagai Ibnu Al-Baitar/Al-Baytar. Dia dikenal sebagai ahli
botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) pada abad pertengahan. Dilahirkan
pada akhir abad 12 di kota Malaga (Spanyol), Ibnu Al-Baitar menghabiskan masa
kecilnya di tanah Andalusia tersebut.
Minatnya pada tumbuh-tumbuhan sudah
tertanah semenjak kecil. Beranjak dewasa, dia pun belajar banyak mengenai ilmu
botani kepada Abu al-Abbas al-Nabati yang pada masa itu merupakan ahli botani
terkemuka. Setelah belajar pada Ibn Al-Rumeyya, ia menguasai tiga bahasa
sekaligus, Spanyol, Yunani, dan Suriah. Berbekal kemampuan berbahasa inilah, ia
mengadakan perjalanan ke beberapa negara untuk mengembangkan ilmu yang
diminatinya, botani. Dari sinilah, al-Baitar pun lantas banyak berkelana untuk
mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.
Tahun 1219 dia
meninggalkan Spanyol untuk sebuah ekspedisi mencari ragam tumbuhan. Bersama
beberapa pembantunya, al-Baitar menyusuri sepanjang pantai utara Afrika dan
Asia Timur Jauh. Tidak diketahui apakah jalan darat atau laut yang dilalui,
namun lokasi utama yang pernah disinggahi antara lain Bugia, Qastantunia
(Konstantinopel), Tunisia, Tripoli, Barqa dan Adalia.
Setelah tahun 1224 al-Baitar bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan dipercaya menjadi kepala ahli tanaman obat. Tahun 1227, al-Kamil meluaskan kekuasaannya hingga Damaskus dan al-Baitar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Ini sekaligus dimanfaatkan untuk banyak mengumpulkan tumbuhan. Ketika tinggal beberapa tahun di Suriah, Al-Baitar berkesempatan mengadakan penelitian tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina, di mana dia sanggup mengumpulkan tanaman dari sejumlah lokasi di sana.
Setelah tahun 1224 al-Baitar bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan dipercaya menjadi kepala ahli tanaman obat. Tahun 1227, al-Kamil meluaskan kekuasaannya hingga Damaskus dan al-Baitar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Ini sekaligus dimanfaatkan untuk banyak mengumpulkan tumbuhan. Ketika tinggal beberapa tahun di Suriah, Al-Baitar berkesempatan mengadakan penelitian tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina, di mana dia sanggup mengumpulkan tanaman dari sejumlah lokasi di sana.
0 comments: