BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kata akhlak berasal dari dari bahasa
arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi atau budi pekerti.
Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan
dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan
firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang
mengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridho Allah swt.
Akhlak merupakan masalah yang sangat
penting dalam islam. Seseorang dapat dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan
nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu terus dilakukan
berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup
yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan
yang membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan
mana yang baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang cantik dan hal ini
timbul dari futrahnya sebagai manusia.
Hati nurani manusia selalu
mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt.
Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga
pergaulan. Sehingga menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak terpuji
dan akhlak tercela. Maka kami dalam makalah ini membahas tentang “materia
akhlak (akhlak baik dan akhlak buruk”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah kami paparkan maka rumusan masalah yang kami ambil :
1. Apa pengertian dari akhlak terpuji
dan akhlak tercela?
2. Apa saja yang termasuk akhlak
terpuji dan akhlak tercela?
3. Bagaimana penerapannya dalam
kehidupan?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
1. Bentuk penyelesaian tugas mata
pelajaran aqidah akhlak
2. Menjelaskan akhlak terpuji dan
macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela dengan macam-macam akhlak tercela.
3. Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat penulisan
Kami berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca
mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang
merupakan bentukjamak dari “khuluqun”, atau akhlak juga
berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,dan perangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak
didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam
hati yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat
yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik atau
buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.
c. Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari
bahwa kehendak itu apabila dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat
membentuk akhlak.
d. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa
seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui
pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang
berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian memberi hukum/nilai
kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak
dan tata susila.
B.
Pengertian
Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela
Akhlak terpuji disebut juga akhlakul
kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala macam perilaku atau perbuatan
baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan akhlak
buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku atau
perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
al-qur’an da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai
berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang
buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah,
thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan
dalam hadist salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari
Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat
ringan dipunggung, tetapi sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’,
Abu dzar menjawab, ‘hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam.
Demi Allah yang tanganku berada digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang
dapat bersolek dengan dua hal tersebut” (H.R Al-baihaqi)
Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang
tercela dan akhlak baik pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan
perbuatan baik itu niat dan cara melakukannya dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji
disebit dengan akhlak tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang
tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan adapat menjatuhkan
amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat
tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.
1. Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu
seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk.
Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
2. Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana
cuka merusak madu”.
C. Macam- Macam Akhlak Terpuji
1) HUSNUZAN
· Pengertian
Husnuzan secara bahasa berarti
“berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk
sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang
membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap
husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih,
pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya
orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan
memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan
dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang
lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa
curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan
kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang
apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak
terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
- Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan
sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.
- Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap
percaya diri dan optimis serta inisiatif
- Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara
senang, berpikir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa
curiga.
· Macam-macam husnuzan
1. Husnuzan
Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus
tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah, sikap ini
ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah terhadap
hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah membuat
kita secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai
seorang mukmin sejati semestinya kita harus senantiasa menganggap apa yang
ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja sedih,
cemas dan gundah bila terkena musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut
sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap
terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan
kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya
mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada
Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
وَرَحْمَتِي
وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahnat ku meliputi segala
sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)
Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada
Allah dalam segala hal dan keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat
hamba-Nya, ketika kita senang dan suka karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan
dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena
mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah Swt.,
sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun cobaan
tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh Allah
dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :
“Selalu menuruti sangkaan hamba ku
terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan mendapatkan kebaikan dan
jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan leburukan” (H.R.at-Tabrani dan
Ibnu Hiban).
2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri
sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap kemampuan yang dimilki oleh
diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah
diri di hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri
sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam
setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik kemempuan yang
dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia
dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan
diri karena tidak punya kemampuan di bidang itu.
3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia
artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan
atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti
kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam
pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan
memiliki banyak teman, disukai kawan dan disegani lawan.Husnuzan terhadap
sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di
Sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan
yang rukun dan harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan
individu lainnya.
· Contoh Perilaku Husnuzan
1. Husnuzan kepada Allah dan Sabar
Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka baik kepada Allah Swt.
artinya menganggap qada dan qadar yang diberikan Allah adalah hal yang terbaik
untuk hamba-Nya, karena Allah Swt. bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang
disangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah
Swt., maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka
baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a. Senantiasa taat kepada Allah.
b. Bersyukur apabila mendapatkan
kenikmatan.
c. Bersabar dan ikhlas apabila
mendapatkan ujian serta cobaan.
d.Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan
dan kegagalan.
2. Husnuzan kepada Diri Sendiri.
Husnuzan kepada diri sendiri adalah
sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan kemampuan dan potensi
yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap
gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah dan ulet atau
berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis
adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah :
1. Membentuk pribadi yang tangguh
2. Menjadikan seseorang teguh
pendirian dan tidak mudah terpengaruh
3. Menjadikan seseorang kreatif.
4. Menyebabkan tidak gampang putus
asa dan menyerah terhadap keadaan
5. Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama atau
senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap
bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh
inisiatif adalah kreatif dan tidak kenal putus asa.
3. Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama manusia
adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia.
Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif dan sikap saling
menghormati antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan
tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap
Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan manfaat sebagai berikut :
a. Hubungan persahabatan dan
persaudaraan menjadi lebih baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam
hubungan dengan sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas
kebahagiaan orang lain.
· Hikmah Husnuzan
Di
antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan
perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan
Rasul serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah
dan mencintai sesame manusia karena Allah.
2. Menumbuhkan
perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar dan
tawakal.
3. Menumbuhkan
keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah.
4. Mendorong
manusia mencapai kemajuan.
5. Menimbulkan
ketentraman.
6. Menghilangkan
kesulitan dan kepahitan.
7. Membuahkan
kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.
2) TOBAT
· Hakekat Tobat
Kata taubat adalah terambil dari
bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun”
yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut
“taaibun” (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang
kembali dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat tercela menuju
sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali
dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang
diridhai-Nya,kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan,
kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya yang kembali taat setelah
melanggar larangan-Nya. Allah berfirman: …..
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, …."(Q.S.
At-Tahrim/66:8)
Jadi,
Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi
kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia
yang tidak berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang
artinya:“Setiap
anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau
bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.
· Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama.
Dengan bertaubat manusia akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang
Maha Pengampun. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau
memohon ampun atas segala dosa yang telah dia perbuat.Seperti dalam firman
Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang
beriman, agar kamu beruntung”.
· Penggolongan taubat
Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
1. Tobat Awam (tobat manusia
umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang
tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa.
2. Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus),
tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkastnya makrifah manusia kepada Allah.
Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang mekruh.
Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah, tobat semacam ini sebagaimana yang
dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan
Allah yaitu memakan buah Khuldi.
3. Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan
tobat yang paling tinggi adalah tobat ini. Tobat rasulullah manakala dia
berkata, “sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku
akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari”. Dengan
kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain
Allah, Rasulullah bristigfar kepada Allah.
· Tata cara untuk bertobat
Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah
harus memenuhi lima tahapan :
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
3. Memohon ampun kepada Allah(istigfar
)dengan keyakinan atau husnuzhzhan bahwa Allah swt. Akan mengampuninya
4. Berjanji tidak akan
mengulanginya
5. Menutupi kesalahan masa
lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan bahwa dia benar-benar
bertobat.firman Allah swt. :
Artinya
:
“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun
bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang
benar.”(Q.S.Taha/20:82)
· Jenis dosa dan cara tobatnya
Secara umum perbuatan dosa dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu :
a. Dosa yang berkaitan dengan hak
Allah. Seperti berkata dusta, meninggalkan sholat lima waktu, berbuat
syirik,meminum khamar, berjudi, main perempuan, menyaksikan film-film yang
mengundang syahwat, semua diatas adalah termasuk dosa besar. Caranya seseorang
harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah
dilakukan, memperbaiki diri dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua
kalinya.
b. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah
namun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada, seperti orang yang tidak
mengerjakan puasa caranya apabila dia meninggalkan satu hari saja puasa maka
dia harus berpusa selama enam puluh hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau
dia memberi makan enam orang miskin.
c. Dosa yang terkait dengan hak manusia
yang tidak membutuhkan kepada pengganti, seperti perbuatan gibah mengumpat,
mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjing. Caranya dengan tidak
mengumpat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki
dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.
d. Dosa yang berkaitan dengan hak
manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Seperti memakan harta orang
lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir gandum. Caranya
mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, kemudian menyesali apa
yang telah terjadi dan tidak memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh
seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia.
D. Macam-Macam Akhlak Tercela
1) RIYA
Riya
berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya memperlihatkan.
Kata ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia
dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang
itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)
Menurut
bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan memamerkan, atau ingin
memperlihatkan yang bukan sebenarnya Sedangkan menurut istilah riya’ dapat
didefinisikan “ suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain,
bukan karena Allah karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.”
Sementara memperdengarkan tentang ibadah dan amal salehnya kepada
orang lain disebut sum’ah ( didengar).
Adapun
menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu ingin dilihat atau ingin
dipuji orang lain.
Riya’
merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat
orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin.
Simak QS. An Nisa’ : 142 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ
اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى
يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya
: “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allahakan membalas
tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat
itu) dihadapan
manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah
kecuali sedikit
sekali.”
Dalam
sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat
nanti ada orang yang mati syahid
diperintahkan oleh Allah untuk masuk
ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes,
‘Wahai Tuhanku, aku ini mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu,
mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu
berdusta berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang
lain, dirimu dikatakan sebagai
pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh
mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang
yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan karena Allah SWT,
dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya
sangat fatal. Sifat dapat memberangus
seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan menimpa debu di atas bebatuan.
Allah SWT berfirman :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ
عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
Artinya
: ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar
Rasulullah bersabda :
”Banyak
orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu
kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan
shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur
semalaman.”
Begitu
dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah
keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu
Allah.” Orang tersebut bertanya lagi ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah
menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu
menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun
riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita
yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk
menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada
Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik
dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun
kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin
menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di
hadapan manusia.
Secara
tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik
kecil.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud
dengan syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari
pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat
riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian memperlihatkan amal
kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian
memperoleh imbalan pahala dari mereka’
· Perbedaan amal perbuatan yang diridhai allah dengan amal
perbuatan riya’
Antara
amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan perbuatan riya’ dapat dibedakan sebagai
berikut :
Amal
perbuatan yang diridhai Allah :
a.
Niat karena Allah
b.
Ikhlas
c.
Sesuai dengan kemampuan
d.
Tidak pilih kasih
e.
Rahmat bagi seluruh alam
Amal
perbuatan riya’
a.
Niat bukan karena Allah
b.
Tidak ikhlas
c.
Mengada-ada
d.
Pilih kasih
e.
Ingin dipuji
f.
Mengharap imbalan
· Macam-macam riya’
Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu
:
a. Ria dalam niat
Ria
yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu seja awal
perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya
sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja.
Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau
tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎ ﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
( متفق عليه)
Artinya
: “aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar,
‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala
perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang
memperoleh sesuai apa yang
ia niatkan”. (H.R.Bukhari
Muslim)
b. Ria dalam perbuatan
Yaitu
memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan banyak, agar perbuatan
tersebut dipuji, diperhatikan, dan orang
lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila pelajar terlihat
belajar dengan sungguh-sungguh hanya ingin mendapat nilai yang bagus. Dan
dia melakukan hal kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa
yang minta dari orang tuanya cepat-cepat
terkabul.
Beberapa
penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an dengan
riya’ dalam perbuatan antara lain :
a). Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai
keridlaan SWT, tetapi mengaharapkan
pujian, popularitas di masyarakat an dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ
يُرَاؤُونَ
Artinya
: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu orang-orang yang
lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya”.
b).
Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, menjadilah ia bersih.
c).
Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan (orang) lain menempuh
jalan Allah (sabilillah). Allah dalam
Q.S. Al Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ
خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
اللّهِ وَاللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya
: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar kampung halamannya
dengan rasa angkuh dan ingin dipuji (ria) serta menghalang-halangi
(orang) dari jalan Allah. meliputi segala yang mereka kerjakan.
· Ciri orang yang berbuat riya’
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya’
dalam perbuatan :
a. Tidak akan berbuat baik jika tidak
dilihat orang lain atau tidak imbalan baginya
b.
Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c. Tampak rajin
penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat dipuji-puji orang.
d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat,
paling tinggi dan paling mampu.
· Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya’
a. Terhadap diri sendiri :
1). Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya
berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi
dan hak orang lain
2).
Selalu ingin dipuji dan dihormati
3).
Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak dihargai.
4).
Sombong dan membanggakan diri
5).
Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah
dan dalam berinteraksi dengan
sesama manusia.
6).
Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak
ada orang lain yang
melihatnya atau tidak ada imbalannya
7).
Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang
tiada henti
8).
Perbuatan riya’ termasuk syirik kecil
وَعَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ رضي
الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
) إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ اَلْأَصْغَرُ اَلرِّيَاءُ ( أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ
Artinya
: Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku
takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya."
(Riwayat Ahmad dengan sanad hasan).
9). Allah tidak akan menerima dan
memberi pahala atas perbuatan riya'
10).
Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.
b. Terhadap orang lain
1). Berpotensi saling
bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang
yang diberikannya kepada orang lain.
2). Memamerkan amalnya kepada
orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak senang terhadapnya
3). Sikap dan perilakunya yang
ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya menimbulkan pengrusakan
Tanda-tanda
riya’
Tanda-tanda
penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib.
Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu beramal ketika sendirian dan giat beramal
ketika berada di tengah- orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya
dipuji, dan mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
Kebiasaan
yang dapat menghindari perbuatan riya
a.
Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena SWT
b.
Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c.
Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d.
Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpaharus disuruh
dan meminta imbalan
e.
Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapatrezeki atau kesenangan
f.
Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain
g.
Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain
h.
Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah
i.
Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang
dimiliki adalah dari Allah dan akan kembali kepada-Nya
j.
Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن
شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya
: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka azab-Ku
sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)
2 .ANIAYA (DZALIM)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim berasal
dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya.
Pelakunya disebut dzalim dan perbuatannya disebut dzulmun.
Ahli mauidzah mendefinisikan
dzalim yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya Dzalim adalah perbuatan
dosa yang harus ditinggalkan. Karena
tindakan aniaya akan dapat
merusak kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat Tindakan aniaya digolongkan
sebagai dan menyengsarakan.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah swt.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah swt.
Berkaitan
dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan
sepuluh penafsiran sebagai
berikut :
a. Dzalim adalah
orang yang paling banyak kesalahannya,
b. Dzalim
adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c. Dzalim adalah
orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya
d. Dzalim
adalah orang yang berbuat dosa besar
e. Dzalim
adlah orang yang membaca al-qur-an dengan tidak mau mempelajari
isinya, apalagi mengamalkannya
f. Dzalim
adalah orang yang jahil
g. Dzalim
adalah orang yang masy’amah (berputu asa)
h. Dzalim
adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka
i. Dzalim
adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat
j. Dzalim
adalah orang yang mengambil al-qur’an, tetapi tidak mengamalkannya
Macam-macam
sifat aniaya:
1. Aniaya kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah yang wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram.
2. Aniaya
terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan
penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3. Aniaya
terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.
· Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:
1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan ke dalam neraka.
· Keburukan-keburukan bagi orang lain:
1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
4. Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak mustahil Allah swt akan menimpakan azab.
1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
4. Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak mustahil Allah swt akan menimpakan azab.
Artinya
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?.( QS Yunus 10:3)
3) DISKRIMINASI
· Pengertian
Secara bahasa diskriminasi berasal
dari bahasa “Discriminate” yang berarti membedakan.Dan dalam
bahasa
arab istilah diskriminasi dikenal
dengan Al-Muhabbah yang
artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau
pilih kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi
menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi yaitu suatu
sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan
suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.
Diskriminasi
artinya memandang sesuatu tidak secara adil memperlakukannya pula secara
pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan
diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak kewajiban
seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan
dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika berhak, maka kita harus
mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.
· Jenis Perbuatan Diskriminasi
Adapun
bentuk penyimpanan perilaku-perilaku
penyimpangan individual menurut
kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a. Penyimpangan tidak patuh pada
nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak
sesuai dengan nilai islam.
b. Penyimpangan karena tidak taat
terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c. Penyimpangan karena melanggar norma
umum yang berlaku disebut pelanggar.
d. Penyimpangan karena tidak menepati
janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat dan berlagak
membela,disebut munafik.
Terjadinya
bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi)
dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya
ciri-ciri tertentu, yaitu cirri-ciri fisik, social, dan budaya.
a. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan
dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan cirri-ciri fisik
yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung, rambut, muka, dan
tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri
fisik sangat dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik
diskriminasi social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum
Presiden Nelson Mandela.
b. Ciri-ciri sosial, yaitu yang
berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat dalam kehidupan sosial.
c. Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang
merupakan pembeda budaya dan suku.
Dengan
adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita
katakana bahwa diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi
dan menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi.
· Dampak Negatif Diskriminasi
a. Memicu munculnya
sektarianisme
b. Memunculkan antar kelompok
c. Mengundang masalah social yang
baru
d. Menciptakan penindasan dan
otoritarianisme dalam kehidupan
e. Menghambat kesejahteraan
kehidupan
f. Menghalangi tegak nya keadilan
h .Mempersulit penyelesaian masalah.
· Cara Menghindari DIskriminasi
Untuk
menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim
harus mengedepankan sikap musawah.Sikap Musawah
(persamaan) cukup urgen dalam kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan
untuk menciptakan rasa kesejajaran,persamaan dan
kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia
sebagai makhluk Tuhan.
Adapun
hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
a. Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal
yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas belaka,tetapi lebih jauh
lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita
serta problem kehidupan yang dihadapi
b. Tafahum adalah, saling memahami
kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan masing-masing,sehingga segala
macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c. Ta’awun adalah, saling tolong menolong
d. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.
· Hikmah Menghindari Diskriminasi
1. Mengutamakan orang lain
2. Meringankan beban orang lain
3. Tidak menjadi beban orang lain
4. Ramah tamah terhadap sesama manusia
5. Berperilaku sesuai ajaran islam
6. Wajar dan realistis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal
yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma akhlak terbagi atas dua akhlak
terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai ,
disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela
adalah akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan
akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk
beribadah kepada Allah swt.
B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi dan saran demi kesempurnaan
makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian bagi yang ingin
menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari apa yang
telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.
0 comments: