Thursday, October 27, 2016

NEGARA ISLAM PADA PERIODE MODERN TURKI, MESIR, ASIA BARAT, IRAN, INDIA, EROPA DAN AMERIKA


PENDAHULUAN
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode-periode sejarah Islam mempunyai sebuah tujuan yang pasti dan nyata, yakni membawa umat Islam pada fase-fase kemajuan yang abadi, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan Islam itu sendiri. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan yang sangat pesat dan juga kemunduran yang sangat menyakitkan dan mengenaskan. Pada pembahasan ini akan menguraikan perkembangan Islam pada masa modern dengan melibatkan beberapa Negara yang memang sudah diakui sebagai Negara modern. Pada masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin peradaban. Mungkinkah Islam mampu kembali menjadi pemimpin peradaban?
Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu dipakai kata modern, modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah modernisme tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau paradigma baru. Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun tekhnologi.
Islam yang secara posisi garis besar adalah pencetus dari kecanggihan ilmu barat khususnya Eropa, tentu mempunyai hak untuk kembali merebut sejarah yang sebenarnya.
  
NEGARA ISLAM PADA PERIODE MODERN
TURKI, MESIR, ASIA BARAT, IRAN,
INDIA, EROPA DAN AMERIKA


1.      ISLAM DI TURKI
Dalam kaca mata barat, hampir semua negara Muslim seringkali dilihat sebagai Negara modern yang belum berhasil. Deretan fakta tentang kekurangan mereka misalnya dalam mengatur hubungan pemerintahan dengan rakyat yang dipimpinnya dan manajemen dalam mengatur kekuasaannya. Sehingga kediktoratan, nepotisme, korupsi, kolusi, dan rendahnya penerapan hak asasi manusia menjadi catatan “pinggir” dari Dunia Barat untuk Negara-negara Muslim. Singkat kata, Negara-negara Muslim bagi sebagian masyarakat Barat mempunyai reputasi sejarahnya sebagai negara modern. Padahal Dunia Barat sendiri dalam praktek kesehariannya bisa jadi tidak lebih baik, termasuk Negara-negara modern di Timur seperti Jepang, Korea dan sebagainya. Yang jelas dalam praktiknya, penerapan sistem kenegaraan modern terutama dalam menerapkan praktik demokrasi sangat tergantung pada siapa yang sedang berkuasa. (Ajid Thohir, 2004;217)
Karen Amstrong menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Islam: A Short History”(2002;185). Pengalaman dijajah dan bentrokan dengan eropa telah menyebabkan umat Islam tercabut dari akarnya. Dunia selalu berubah. Muslim menemui kesulitan dalam menanggapi Barat karena tantangan ini belum pernah ada sebelumnya.
Kejadian seperti itu pernah terjadi di Turki, bukan hanya di Negara-negara yang sebelumnya dikuasai oleh khalifah-khalifah Umayyah ataupun Abbasiyah. Pada masa Utsmani Islam mengalami puncak kemenangan dengan kuatan militernya yang luar biasa, namun pada akhirnya, kekuatan militernya mampu dikalahkan dengan kemajuan-kemajuan teknologi yang terjadi di eropa, sehingga pada akhirnya Turki Utsmani kalah.
Turki adalah jantung tepat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki Utsmani. Oleh karena itu, keterikatan bangsa Turki terhadap Islam berlangsung sangat kuat sebab mereka adalah bangsa terkemuka di Dunia Islam selama berates-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa pentinya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis, setiap orang yang bertempat tinggal di Turki adalah orang Turki, tetapi secara kebudayaan, orang Turki adalah hanya orang Muslim. (Ajid Thohir, 2004;218).


2.      ISLAM DI MESIR
Dalam catatan sejarah, Mesir pernah diduduki oleh beberapa kerajaan, yaitu dimulai daru masa firaun, Yunani, dan Romawi, khulfaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, Mamlukiyah, dan Utsmaniyah. Menurut A.J. Butler, pendudukan Negara atau kerajaan tersebut telah menyebabkan Mesir jatuh dalam situasi yang tidak menguntungkan bahkan seluruh organisasi pemerintahan di Mesir diarahkan dengan tujuan memeras keuntungan bangsa terjajah untuk kepentingan penguasanya.  (Dedi Supriyadi, 2008;271)
Di satu sisi, banyaknya Negara yang menguasai Mesir membawa nilai-nilai positif, tetapi di pihak lain, mau tidak mau disitu telah terjadi asimilasi budaya dan politik. Lebih dahsyatnya lagi, asimilasi itu terjadi dalam aspek perundang-undangannya. Seperti yang dituturkan oleh Thaha Husainm, mereka yang berda dalam roda pemerintahan Mesir modern lebih cendrung mengikuti pola raja Louis di Perancis daripada mengikuti pola Abdul Hamid di Turki. Mereka membentuk pengadilan-pengadilan negeri dan memberlakukan hukum Barat daripada hukum Islam. (Dedi Supriyadi, 2008;271)
3.      ISLAM DI ASIA BARAT
Hampir semua negara di Asia Barat (kecuali Israel, Libanon, Cyprus) berpendudukan agama Islam. Di wilayah ini, Islam lahir pada abad ke-7 M, dan di sini pula dakwah Islam menyebar luas. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”. (Dedi Supriyadi, 2008;276)
4.      ISLAM DI IRAN
Di Negara ini persentase pemeluk agama Islam sebesar + 98% (mayoritas adalah pengikut Syi’ah yang bermadzhab itsna Asyari atau Ja’fari) yang merupakan madzhab resmi negara. Di sana terdapt sedikit pengikut Sunni, Nasrani, Yahudi, dan Zoroaster yang jumlahnya tidak lebih dari 2%.
Iran muncul sebagai sebuah negara pada abad ke-10 H/16 M, dengan keluarga Syafawiyah sebagai penguasanya (907-1148 H/1502-1735 M) dengan mengumumkan madzhab Syi’ah sebagai madzhab Negara. Pada tahun 1135 H/1722 M. irna dikuasai oleh orang-orang Afghanistan. Kemudian dikuasai oleh Nadir Shah yang mengusir orang-orang Utsmaniyah dan Rusia.
5.      ISLAM DI INDIA
Situasi India, secara kultural, saat Islam masuk sebeanranya sedang berada ddalam titik lemah, akibat konflik yang berkepanjangan antarkekuatan agama dan politik, yakni antara kasta Brahmanik-Hinduisme dan keyakinan Budha, serta munculnya berbagai elit politik, terutama dominannya elit Rajput dengan elit-elit politik Hindu. Dalam kondisi demikian, pemerintahan local mengambil peran yang lebih dominan dalam menanamkan pengaruhnya terhadap rakyatnya. Tidak hanya sebatas itu, berbagai kewenangan yang berlebihan dalam penggunaan kekuasaannya pun hampir mudah ditemukan di setiap wilayah. Anehnya, masyarakat India tetap saja setia pada kenyataan tersebut. (Dedi Supriyadi, 2008;301)
Gambaran umum tentang masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, menunjukkan indikasi yang sangat sulit bagi proses Islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan ideology keagamaan dan sentiment kulturalnya. Melihat kondisi ini, seorang sejarawan Muslim terkemuka di Al-Baruni (wafat tahun 1048 di Ghazna, Afghanistan sekarang), dalam kapasitasnya sebagai pengamat sosial menjelaskan dalam karya Kitab Al-Hind yang ditulisnya pada tahun 1017, menyimpulkan bahwa ada lima hal penting yang menjadi titik perhatian pengamatannya, sekaligus menjadi cirri jhas masyarakt India, dalam menolak sesuatu yang dayang dari luar, yakni bahasa, agama, tradisi, dan kebencian terhadap orang asing, fanatisme, dan keangkuhan budaya. (Dedi Supriyadi, 2008; 301)
6.      ISLAM DI EROPA
Secara historis, penyebaran imigran muslim di Eropa sekarang mencerminkan wilayah pengaruh penjajahan masa lalu. Kebanyakan imigran yang menetap di Perancis adalah orang Maroko, Aljazair, dan sejumlah muslim Afrika dari Selatan Sahara. Mereka semua, awalnya dijajah Perancis. Kebanyakan orang Indonesia menempati Belanda. Adapun Inggris banyak ditempati imigran dari Anak Benua India, Malaysia, dan sejumlah orang Yaman, Somalia, dan Afrika Utara. Sedangkan Jerman agak berbeda, imigran yang ada kebanyakan orang Turki, Maroko, dan yang lainnya tidak ada kaitan dengan pengaruh Jerman. Sekalipun mereka orang muslim, namun gaya hidup masing-masing sesuai dengan kebiasaan dan sikap hidup yang dibawa dari negeri asalnya menunjukkan perbedaan. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
Islam mempunyai banyak sumbangan atas kebudayaan Eropa. Mereka banyak menyimpan tulisan Yunani Kuno dan menerjemahkannya sehingga dapat dimamfaatkan oleh orang Eropa. Islam juga banyak memajukan bidang studi matematika dan kedokteran. System angka yang berasal dari Arab mulai diperkenalkan dan masih tetap dipakai hingga saat ini. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
7.      ISLAM DI AMERIKA
Masuknya Islam ke Amerika masih bersifat spekulatif karena tidak ada teori yang tegas kedatangan Islam masuk ke Amerika. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa para pelaut muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi samudra Atlantik dan tiba di pantai-pantai Amerika. Sebagian lain mengatakan, bahwa Cristoper Colombus telah dibimbing untuk mendarat di benua itu oleh navigator-navigator dan pembantu-pembantu muslim Andalusia atau Maroko yang jasa-jasanya telah dibayar oleh Colombus. (Dedi Supriyadi, 2008;315)


Adapun orang Amerika yang pertama sebagai pemeluk Islam yang tercatat adalah Reverend Norman, seorang misionaris gereja Methodisty di Turki yang memeluk Islam pada tahun 1970, pada decade berikutnya seorang Afro Amerika. Muhammad Alexandder Russel Webb yang masuk Islam ketika ia bertugas sebagai konsul jenderal AS di Filipina pada tahun 1887. Ia adalah pelopor yang pertama mendirikan organisasi Islam di negeri ini pada tahun 1893 dan menerbitkan The Muslim World sebagai sarana dakwahnya. (Dedi Supriyadi, 2008;317)
Memasuki abad ke-19, perdagangan budak diberhentikan, terutama setelah Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Emancipation Proklamation (Proklamasi kemerdekaan) tanggal 1 Januari 1863, yang menetapkan bahwa budak-budak di negara sebagian AS adalah merdeka. Dengan demikian, banyak orang Islam yang berasal dari Mesir, Yordania, Siria, Irak, Pakistan, India, Turki, Yugoslavia, Uni Soviet, dan Albania yang bermigrasi ke Amerika pada tahun itu kemudian disusul dengan gelombang imigrasi berikutnya. (Dedi Supriyadi, 2008;317)
  
PENUTUP
Dari keterangan di atas diambil secara kesimpulan bahwa perkembangan Islam di masa modern ini masih belum bisa diunggulkan secara politik. Namun meskipun terbelakangnya sistem politik disini. Secara garis besar bahwa perkembangan Islam secara jumlah mulai meningkat dan terus meningkat dari setiap masa. Tidak kemungkinan, masa-masa selajutnya, dari jumlah yang mulai meningkat, mampu memenangkan panggung poltik yang sekarang belum begitu stabil.


Previous Post
Next Post

About Author

0 comments: