PENDAHULUAN
Pembaruan
dalam Islam yang timbul pada periode-periode sejarah Islam mempunyai sebuah
tujuan yang pasti dan nyata, yakni membawa umat Islam pada fase-fase kemajuan
yang abadi, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan Islam itu sendiri. Perkembangan
Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan yang sangat pesat dan juga kemunduran
yang sangat menyakitkan dan mengenaskan. Pada pembahasan ini akan menguraikan
perkembangan Islam pada masa modern dengan melibatkan beberapa Negara yang
memang sudah diakui sebagai Negara modern. Pada masa itu, Islam mampu menjadi
pemimpin peradaban. Mungkinkah Islam mampu kembali menjadi pemimpin peradaban?
Dalam
bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu dipakai kata modern,
modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah modernisme
tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau paradigma
baru. Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun tekhnologi.
Islam yang secara
posisi garis besar adalah pencetus dari kecanggihan ilmu barat khususnya Eropa,
tentu mempunyai hak untuk kembali merebut sejarah yang sebenarnya.
NEGARA
ISLAM PADA PERIODE MODERN
TURKI,
MESIR, ASIA BARAT, IRAN,
INDIA,
EROPA DAN AMERIKA
1. ISLAM
DI TURKI
Dalam
kaca mata barat, hampir semua negara Muslim seringkali dilihat sebagai Negara
modern yang belum berhasil. Deretan fakta tentang kekurangan mereka misalnya
dalam mengatur hubungan pemerintahan dengan rakyat yang dipimpinnya dan
manajemen dalam mengatur kekuasaannya. Sehingga kediktoratan, nepotisme,
korupsi, kolusi, dan rendahnya penerapan hak asasi manusia menjadi catatan
“pinggir” dari Dunia Barat untuk Negara-negara Muslim. Singkat kata,
Negara-negara Muslim bagi sebagian masyarakat Barat mempunyai reputasi
sejarahnya sebagai negara modern. Padahal Dunia Barat sendiri dalam praktek
kesehariannya bisa jadi tidak lebih baik, termasuk Negara-negara modern di
Timur seperti Jepang, Korea dan sebagainya. Yang jelas dalam praktiknya,
penerapan sistem kenegaraan modern terutama dalam menerapkan praktik demokrasi
sangat tergantung pada siapa yang sedang berkuasa. (Ajid Thohir, 2004;217)
Karen
Amstrong menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Islam: A Short
History”(2002;185). Pengalaman dijajah dan bentrokan dengan eropa telah
menyebabkan umat Islam tercabut dari akarnya. Dunia selalu berubah. Muslim
menemui kesulitan dalam menanggapi Barat karena tantangan ini belum pernah ada
sebelumnya.
Kejadian
seperti itu pernah terjadi di Turki, bukan hanya di Negara-negara yang
sebelumnya dikuasai oleh khalifah-khalifah Umayyah ataupun Abbasiyah. Pada masa
Utsmani Islam mengalami puncak kemenangan dengan kuatan militernya yang luar
biasa, namun pada akhirnya, kekuatan militernya mampu dikalahkan dengan
kemajuan-kemajuan teknologi yang terjadi di eropa, sehingga pada akhirnya Turki
Utsmani kalah.
Turki
adalah jantung tepat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki
Utsmani. Oleh karena itu, keterikatan bangsa Turki terhadap Islam berlangsung
sangat kuat sebab mereka adalah bangsa terkemuka di Dunia Islam selama
berates-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa
pentinya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis, setiap
orang yang bertempat tinggal di Turki adalah orang Turki, tetapi secara
kebudayaan, orang Turki adalah hanya orang Muslim. (Ajid Thohir, 2004;218).
2. ISLAM
DI MESIR
Dalam
catatan sejarah, Mesir pernah diduduki oleh beberapa kerajaan, yaitu dimulai
daru masa firaun, Yunani, dan Romawi, khulfaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah,
Mamlukiyah, dan Utsmaniyah. Menurut A.J. Butler, pendudukan Negara atau
kerajaan tersebut telah menyebabkan Mesir jatuh dalam situasi yang tidak
menguntungkan bahkan seluruh organisasi pemerintahan di Mesir diarahkan dengan
tujuan memeras keuntungan bangsa terjajah untuk kepentingan penguasanya.
(Dedi Supriyadi, 2008;271)
Di
satu sisi, banyaknya Negara yang menguasai Mesir membawa nilai-nilai positif,
tetapi di pihak lain, mau tidak mau disitu telah terjadi asimilasi budaya dan
politik. Lebih dahsyatnya lagi, asimilasi itu terjadi dalam aspek
perundang-undangannya. Seperti yang dituturkan oleh Thaha Husainm, mereka yang
berda dalam roda pemerintahan Mesir modern lebih cendrung mengikuti pola raja
Louis di Perancis daripada mengikuti pola Abdul Hamid di Turki. Mereka
membentuk pengadilan-pengadilan negeri dan memberlakukan hukum Barat daripada
hukum Islam. (Dedi Supriyadi, 2008;271)
3. ISLAM
DI ASIA BARAT
Hampir
semua negara di Asia Barat (kecuali Israel, Libanon, Cyprus) berpendudukan
agama Islam. Di wilayah ini, Islam lahir pada abad ke-7 M, dan di sini pula
dakwah Islam menyebar luas. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab,
memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan
Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”. (Dedi
Supriyadi, 2008;276)
4. ISLAM
DI IRAN
Di
Negara ini persentase pemeluk agama Islam sebesar + 98% (mayoritas
adalah pengikut Syi’ah yang bermadzhab itsna Asyari atau Ja’fari) yang
merupakan madzhab resmi negara. Di sana terdapt sedikit pengikut Sunni,
Nasrani, Yahudi, dan Zoroaster yang jumlahnya tidak lebih dari 2%.
Iran
muncul sebagai sebuah negara pada abad ke-10 H/16 M, dengan keluarga Syafawiyah
sebagai penguasanya (907-1148 H/1502-1735 M) dengan mengumumkan madzhab Syi’ah
sebagai madzhab Negara. Pada tahun 1135 H/1722 M. irna dikuasai oleh
orang-orang Afghanistan. Kemudian dikuasai oleh Nadir Shah yang mengusir
orang-orang Utsmaniyah dan Rusia.
5. ISLAM
DI INDIA
Situasi
India, secara kultural, saat Islam masuk sebeanranya sedang berada ddalam titik
lemah, akibat konflik yang berkepanjangan antarkekuatan agama dan politik,
yakni antara kasta Brahmanik-Hinduisme dan keyakinan Budha, serta munculnya
berbagai elit politik, terutama dominannya elit Rajput dengan elit-elit politik
Hindu. Dalam kondisi demikian, pemerintahan local mengambil peran yang lebih
dominan dalam menanamkan pengaruhnya terhadap rakyatnya. Tidak hanya sebatas
itu, berbagai kewenangan yang berlebihan dalam penggunaan kekuasaannya pun
hampir mudah ditemukan di setiap wilayah. Anehnya, masyarakat India tetap saja
setia pada kenyataan tersebut. (Dedi Supriyadi, 2008;301)
Gambaran
umum tentang masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, menunjukkan
indikasi yang sangat sulit bagi proses Islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa
kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan
penguasanya dalam menciptakan ideology keagamaan dan sentiment kulturalnya.
Melihat kondisi ini, seorang sejarawan Muslim terkemuka di Al-Baruni (wafat
tahun 1048 di Ghazna, Afghanistan sekarang), dalam kapasitasnya sebagai
pengamat sosial menjelaskan dalam karya Kitab Al-Hind yang
ditulisnya pada tahun 1017, menyimpulkan bahwa ada lima hal penting yang
menjadi titik perhatian pengamatannya, sekaligus menjadi cirri jhas masyarakt
India, dalam menolak sesuatu yang dayang dari luar, yakni bahasa, agama,
tradisi, dan kebencian terhadap orang asing, fanatisme, dan keangkuhan budaya.
(Dedi Supriyadi, 2008; 301)
6. ISLAM
DI EROPA
Secara
historis, penyebaran imigran muslim di Eropa sekarang mencerminkan wilayah
pengaruh penjajahan masa lalu. Kebanyakan imigran yang menetap di Perancis
adalah orang Maroko, Aljazair, dan sejumlah muslim Afrika dari Selatan Sahara.
Mereka semua, awalnya dijajah Perancis. Kebanyakan orang Indonesia menempati
Belanda. Adapun Inggris banyak ditempati imigran dari Anak Benua India,
Malaysia, dan sejumlah orang Yaman, Somalia, dan Afrika Utara. Sedangkan Jerman
agak berbeda, imigran yang ada kebanyakan orang Turki, Maroko, dan yang lainnya
tidak ada kaitan dengan pengaruh Jerman. Sekalipun mereka orang muslim, namun
gaya hidup masing-masing sesuai dengan kebiasaan dan sikap hidup yang dibawa
dari negeri asalnya menunjukkan perbedaan. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
Islam
mempunyai banyak sumbangan atas kebudayaan Eropa. Mereka banyak menyimpan
tulisan Yunani Kuno dan menerjemahkannya sehingga dapat dimamfaatkan oleh orang
Eropa. Islam juga banyak memajukan bidang studi matematika dan kedokteran.
System angka yang berasal dari Arab mulai diperkenalkan dan masih tetap dipakai
hingga saat ini. (Dedi Suryadi, 2008; 308)
7. ISLAM
DI AMERIKA
Masuknya
Islam ke Amerika masih bersifat spekulatif karena tidak ada teori yang tegas
kedatangan Islam masuk ke Amerika. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa para
pelaut muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi samudra Atlantik dan
tiba di pantai-pantai Amerika. Sebagian lain mengatakan, bahwa Cristoper
Colombus telah dibimbing untuk mendarat di benua itu oleh navigator-navigator dan
pembantu-pembantu muslim Andalusia atau Maroko yang jasa-jasanya telah dibayar
oleh Colombus. (Dedi Supriyadi, 2008;315)
Adapun
orang Amerika yang pertama sebagai pemeluk Islam yang tercatat adalah Reverend
Norman, seorang misionaris gereja Methodisty di Turki yang memeluk Islam pada
tahun 1970, pada decade berikutnya seorang Afro Amerika. Muhammad Alexandder
Russel Webb yang masuk Islam ketika ia bertugas sebagai konsul jenderal AS di
Filipina pada tahun 1887. Ia adalah pelopor yang pertama mendirikan organisasi
Islam di negeri ini pada tahun 1893 dan menerbitkan The Muslim
World sebagai sarana dakwahnya. (Dedi Supriyadi, 2008;317)
Memasuki
abad ke-19, perdagangan budak diberhentikan, terutama setelah Presiden Abraham
Lincoln mengeluarkan Emancipation Proklamation (Proklamasi
kemerdekaan) tanggal 1 Januari 1863, yang menetapkan bahwa budak-budak di
negara sebagian AS adalah merdeka. Dengan demikian, banyak orang Islam yang
berasal dari Mesir, Yordania, Siria, Irak, Pakistan, India, Turki, Yugoslavia,
Uni Soviet, dan Albania yang bermigrasi ke Amerika pada tahun itu kemudian
disusul dengan gelombang imigrasi berikutnya. (Dedi Supriyadi, 2008;317)
PENUTUP
Dari
keterangan di atas diambil secara kesimpulan bahwa perkembangan Islam di masa modern
ini masih belum bisa diunggulkan secara politik. Namun meskipun terbelakangnya
sistem politik disini. Secara garis besar bahwa perkembangan Islam secara
jumlah mulai meningkat dan terus meningkat dari setiap masa. Tidak kemungkinan,
masa-masa selajutnya, dari jumlah yang mulai meningkat, mampu memenangkan
panggung poltik yang sekarang belum begitu stabil.
0 comments: