PENGERTIAN DAN DASAR METODE RESITASI
Ada
beberapa pengertian metode resitasi atau definisi yang dikemukakan oleh para
ahli antara lain sebagai berikut:
1. Menurut
Nana Sudjana:
Tugas
atau resitasi tidak sama dengan pelajaran rumah tetapi jauh lebih luas dari
itu. Tugas dapat merangsang anak untuk lebih aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok. [[1]]
2. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain:
Metode
Penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas,
di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah
siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. [[2]]
3. Menurut
Mulyani dan Johan Permana. H:
Metode pemberian tugas atau penugasan
diartikan sebagai suatu cara interaksibelajar mengajar yang ditandai
dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun
di rumah secara perorangan atau kelompok.[[3]]
Berdasarkan uraian
di atas pengertian metode pemberian tugas adalah suatu cara dari guru dalam
proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah
maupun di rumah dan untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
Dalam Al-Qur’an prinsip
metode resitasi dapat dipahami dari ayat yang berbunyi:
إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ
وَقُرۡءَانَهُۥ ١٧ فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ
قُرۡءَانَهُۥ ١٨
”Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu”.
Al-Maraghi
menafsirkan potongan ayat tersebut di atas sebagai berikut:
Qara’nahu :
dimaksudkan adalah Jibril membacakannya kepadamu
Fattabi’ qur’anah :
maksudnya maka dengarkanlah bacaan dan ulang-ulangilah agar ia mantap dalam
dirimu.[[6]]
Ayat tersebut merupakan
bentuk pembelajaran al-Qur’an ketika malaikat Jibril memberikan wahyu
(al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad saw dengan membacakannya, maka Nabi Muhammad
saw diperintahkan untuk mengulanginya, sehingga Nabi hafal dan bacaan tersebut
dapat membekas dalam dirinya.
B. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN METODE RESITASI
1. Kelebihan
Metode Resitasi
Ada beberapa kelebihan metode
resitasi menurut para ahli antara lain:
a. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain kelebihannya:
1) Lebih
merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun
kelompok.
2) Dapat
mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
3) Dalam
membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
b. Menurut Mulyani:
1) Metode
pemberian tugas dapat membuat siswa aktif belajar.
2) Tugas
lebih merangsang siswa untuk lebih banyak, baik waktu dikelas maupun
diluar kelas atau dengan lain, baik siswa
dekat dengan guru maupun jauh dengan
guru.
3) Metode
ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam
kehidupannya.
4) Tugas
lebih meyakinkan tentang apa yang akan dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya, atau memperluas
pandangan tentang apa yang
dipelajari.
5) Tugas
dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola sendiri
informasi dan komunikasi.
6) Metode
ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan
belajar dapat dilakukan dengan berbagai
variasi sehingga tidak membosankan.
7) Metode
ini dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
2. Kekurangan
Metode Resitasi
Ada beberapa kekurangan metode Resitasi
antara lain :
a) Siswa
sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b) Khusus
untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya
adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi
dengan baik.
c) Tidak
mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
e) Seringkali
anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya menitu hasil pekerjaan
orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
f) Terkadang
tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.[[10]]
Dari pengertian diatas tampak
bahwa pelaksanaan metode ini banyak menuntut hakekat siswa sebab anak selalu
dituntut oleh guru untuk belajar sendiri baik itu untuk materi yang sudah
diterangkan ataupun yang belum diterangkan.
C. Langkah-langkah
Metode Resitasi
Ada langkah-langkah yang harus
diikuti dalam penggunaan metode pembelajaran tugas antara lain :
1. Fase
Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada
siswa hendaknya mempertimbangkan :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut
c. Sesuai
dengan kemampuan siswa
d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu
pekerjaan siswa
e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
tersebut.
Dalam fase
ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
2.
Langkah Pelaksanaan Tugas
a. Diberikan
bimbingan atau pengawasan oleh guru
b. Diberikan
dorongan sehingga anak mau bekerja
c. Diusahakan
atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
d. Dianjurkan
agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik
Dalam fase
ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan petunjuk-petunjuk
guru.
3.
Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
a. Laporan
siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
b. Ada
tanya jawab diskusi kelas
c. Penilaian
hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya
Dalam fase
ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik berbentuk laporan
lisan maupun tertulis. [[11]]
Karena tugas
yang dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan maka siswa akan
terdorong untuk mengerjakan secara sungguh-sungguh. Dengan metode ini sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam.
D. Pelaksanaan
Metode Resitasi
Tugas dapat dilaksanakan dalam
berbagai kegiatan belajar baik perorangan atau kelompok. Adapun pelaksaan yang
ditempuh dalam metode ini antara lain:
1. Pendahuluan:
Pada langkah ini perlu
mempersiapkan mental murid untuk menerima tugas yang akan diberikan kepada
mereka pada pelajaran inti, Untuk itu perlu memberikan kejelasan tentang suatu
bahan pelajaran yang dilaksanakan dengan metode ini, diberikan contoh-contoh
yang serupa dengan tugas jika keterangan telah cukup.
2. Pelajaran
inti:
Guru memberika tugas, murid
melaporkan hasil kerja mereka sementara gurumengadakan koreksi terhadap
tugas-tugas tersebut, da bila ditemukan kesalahan maka perlu diadakan diskusi.
3. Penutup:
Pada langkah ini murid bersama
guru mengecek kebenaran sementara murid disuruh mengulangi tugas itu kembali.[[12]]
E. Sifat
Bahan Ajar Metode Resitasi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu
peserta didik dalam belajar agama Islam.[[13]]
Dalam proses
belajar mengajar penggunaan satu metode mengajar untuk segala macam tujuan
belajar tentunya tidak efektif . Berbeda tujuan, berbeda cara mencapainya.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat menggunakan berbagai macam
metode, antara lain metode resitasi atau metode pemberian tugas.
Metode
pemberian tugas adalah metode interaksi edukatif dimana murid diberi tugas
khusus (sesuai dengan bahan pelajaran) diluar jam-jam pelajaran. Dalam
pelaksanaannya murid-murid dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah,
tetapi dapat dikerjakan diperpus, laboratorium, dan lainnya kemudian
dipertanggungjawabkan kepada guru.[[14]]
Dalam
pendidikan agama Islam, metode interaksi ini sering digunakan, terutama dalam
hal-hal yang bersifat praktis misalnya, setelah selesai pelajaran berwudhu (di
sekolah) murid-murid ditugaskan untuk melihat, memperhatikan dan menirukan
orangtuannya atau orang-orang lain dirumah atau masjid yang sedang berwudhu,
kemudian melaporkannya kepada guru di sekolah pada jam pelajaran berikutnya.
Atau contoh lain, menjelang hari raya idul fitri guru menerangkan tentang
masalah zakat fitrah, kemudian murid ditugaskan untuk membentuk amil zakat yang
melaksanakan tugas mengumpulkan zakat fitrah dan membagikannya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Sesuai pelaksanaan tugas ini mereka harus
membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya kepada guru.[[15]]
Metode 2 Critical Incident ( Pengalaman Penting )
Pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar
sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu
sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi
paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak
seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik.
Hal ini terlihat
dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara
keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual
kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya
guru yang menggunakan stretegi pembelajaran yang cenderung sama setiap kali
pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang
kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru,
akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada
pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini
adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang
kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem
belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam
proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli
berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua
perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan
adalah strategi critical incident (pengalaman penting).
Pembelajaran critical
incident (pengalaman penting) tampaknya telah menjadi pilihan
utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran
aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi
pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus
berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat
menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran
siswanya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan
ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model
pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.
Hasil belajar siswa
atau prestasi belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau
pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar (learning experience)
merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif strategi
mengajar para guru. Strategi pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan
memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam
menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran.
Tentu saja orientasi kita adalah kepada siswa belajar. Jadi, strategi
pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan
agar siswa belajar. Sehubungan dengan hal tersebut strategi mengajar yang
digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang
diajarkan. Dengan strategi yang bervariasi inilah siswa akan bersemangat dalam
belajar secara inovatif dan kreatif. Strategi yang digunakan dalam interaksi
belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan
kelancaran proses pembelajaran.
Pembelajaran pada
dasarnya membahas pertanyaan: apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan
seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan apa berkaitan
dengan isi atau materi pembelajaran. Pertanyaan siapa berkaitan
dengan guru dan siswa sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran.[[16]]
Bagaiamana kualifikasi, kompetensi, dan perilaku seorang guru yang lebih baik.
Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan
partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara
optimal. Pertanyaan mengapa berkaitan dengan penyebab/alasan dilakukannya
proses pembelajaran. Pertanyaan bagaimana berkaitan dengan proses pembelajaran
yang lebih baik. Bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang relevan
dengan kehidupan siswa di masa kini dan masa mendatang. Bagaimana strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar lebih baik.
Pertanyaan seberapa baik berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu sejauh
mana guru mengajar dan siswa belajar. Seberapa mampu guru merencanakan dan
mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan mendapat umpan baliknya
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Upaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui
upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini
peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat.
Strategi pembelajaran dapat ditentukan oleh guru dengan memperhatikan
tujuan-tujuan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan strategi
pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran.
Definisi Strategi
Belajar Critical Incident
Strategi
pembelajaran pada dasarnya adalah suatu siasat yang digunakan guru untuk
mengantarkan materi kepada peserta didik dengan tujuan materi yang akan
disampaikan akan mudah diterima, dipahami dan akan terus melekat pada peserta
didik. Untuk mewujudkanya, maka proses belajar mengajar hendaknya lebih
mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan
lingkunganya.[[17]]Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dengan peserta didik.[[18]]
Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam kegiatan yang
bernilai edukatif, antara guru dengan peserta didik.
Agar kegiatan
belajar mengajar lebih optimal serta dapat melibatkan siswa berperan aktif
didalamnya maka seorang guru perlu menggunakan strategi yang tepat dalam setiap
proses pembelajaran.
Banyak pendapat para
ahli yang mendefinisikan strategi belajar mengajar dengan berbagai istilah dan
pengertian yang berbeda seperti pendapat T Rakajoni, yang dikutip oleh Sunhaji:
“Strategi belajar mengajar sebagai pola umum pembuatan guru-murid di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajajar”.[[19]]
Joyce dan Weill
mengatakan bahwa strategi belajar mengajar sebagai model-model mengajar.
Strategi Pembelajaran diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik
dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[[20]] Strategi belajar-mengajar adalah
pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Pengertian Strategi dalam hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak dari
rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar mengajar.[[21]]
Dari pengertian
beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang menggunakan teknik atau cara dalam interaksinya
dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن
رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ
يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٦
. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya
Langkah-langkah Strategi
Belajar Critical Incident
Critical Incident
Tecnic (CIT) atau pengalaman
penting adalah satu cara yang
digunakan untuk mengumpulkan pengamatan langsung perilaku manusia secara kritis dan prosedural yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.[[22]] Pengamatan ini kemudian disimpan
melacak sebagai insiden, yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah
praktis dan mengembangkan prinsip-prinsip psikologis secara luas. Sesuatu kritik insiden dapat digambarkan
sebagai salah satu hal yang memberikontribusi positif maupun
negatif yang signifikan terhadap aktivitas atau fenomena.
Insiden kritis dapat dikumpulkan dalam berbagai cara, tetapi biasanya responden
diminta untuk bercerita tentang pengalaman yang mereka
miliki. Menurut Wina Sanjaya: Critical Incident Tecnic (CIT)
adalah carafleksibel yang biasanya bergantung pada
lima hal penting, yaitu:
1. Menentukan
dan mengkaji kejadian.
2. Pencarian
fakta, yang melibatkan pengumpulan rincian insiden
dari para peserta.
3. Mengidentifikasi
isu-isu.
4. Membuat
cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan solusi
berbagai kemungkinan.
5. Evaluasi,
yang akan menentukan apakah solusi yang terpilih akan menyelesaikan akar
penyebab situasi dan tidak akan menyebabkan masalah lebih lanjut. [[23]]
Teknik Critical
Incident (CIT), dalam pembelajaran
sangat cocok disinergikan pada stategi pembelajaran kontektual (CTL) dengan
metode tanya jawab dan diskusi. Dalam pembelajaran fiqih cocok digunakan pada
materi-materi yang bersifat pemahaman yang berhubungan dengan realita sosial,
seperti memahami tentang ibadah sholat fardhu.
Strategi ini
digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah
untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Adapun
langkah-langkah untuk melaksanakan stretegi pembelajaran Critical
Incident, sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya:
1. Sampaikan
kepada siswa topik atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan.
2. Beri
kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman mereka
yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3. Tanyakan
pengalaman yang tidak terlupakan menurut mereka.
4. Sampaikan
materi pelajaran dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan materi
yang akan disampaikan.[[24]]
Strategi
ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini
adalah untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.
Langkah-langkah pembelajaran:
1. Sampaikan kepada siswa topik atau materi yang akan dipelajari dalam
pertemuan.
2. Beri kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman
mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3. Tanyakan pengalaman yang tidak terlupakan menurut mereka.
4. Sampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa
dengan materi yang akan disampaikan.
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Critical Incident
Setiap
metode ataupun strategi pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
begitu pula strategi critical incident (pengalaman penting) juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi critical incident mempunyai
kelebihan dan kekurangan antara lain; strategi ini sangat cocok jika diterapkan
untuk materi-materi yang bersifat praktis, tetapi strategi ini tidak cocok
digunakan untuk materi yang bersifat
22 teoritis. Jadi strategi pembelajaran aktif critical incident bisa digunakan untuk materi-materi pembelajaran yang sifatnya praktis, dan tidak cocok untuk materi yang sifatnya teoritis. Selain itu strategi ini juga mempunyai kelebihan yaitu untuk mengaktifkkan siswa sejak dimulainya pembelajaran. Strategi ini baik digunakan untuk tujuan pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk lebih berempati. Kekurangannya strategi ini biasanya hanya digunakan untuk kelas dengan jumlah yang sedikit dan tidak terlalu banyak agar siswa tidak malu untuk mengungkapkan pengalamannya. Selain itu kekurangan dari strategi pembelajaran aktif ini yaitu hanya mampu mengaktifkan siswa diawal proses pembelajaran saja, sedangkan ditengah dan diakhir proses pembelajaran masih didominasi oleh peran guru dalam menjelaskan materi, untuk itu ada baiknya penggunaan strategi pembelajaran aktif ini di gabungkan dengan strategi pembelajaran aktif lain, sehingga siswa bisa lebih aktif lagi baik diawal maupun diakhir proses pembelajaran. Penggabungan strategi pembelajaran aktif ini bisa digunakan untuk membuat suasana belajar di dalam kelas yang menyenangkan karena peran siswa lebih banyak dibandingkan guru, karena dalam pembelajaran aktif peran guru hanya sebagai fasilitator.
[18] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar-Edisi Revisi.
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002).hlm.1
Rosdakarya.
1986).hlm.3
0 comments: